Teluk Bintuni regency in West Papua has a mangrove forest covering more than 200,000 hectares with a high degree of biodiversity. This portrait series showcases how women in Teluk Bintuni and nature are living side by side in harmony. Apart from taking care of their families, the women are also engaged in various group activities to safeguard their natural environment and promote the local community’s conservation- and customs-oriented economy.
The biodiversity in Teluk Bintuni is among the best in the world, after Raja Ampat in the same province, constituting 10 percent of Indonesia’s mangrove forests.
In the 1980s, the World Wide Fund for Nature (WWF) proposed that the regency’s mangrove forest be made a nature reserve, which was followed up by the Conservation International (CI) and later by the regency administration.
When it was converted into a nature reserve Teluk Bintuni became a national strategic zone, like Raja Ampat.
One of the local government’s priorities involves improving conservation-based development programs because of the mangrove’s important role in carbon trading.
Empowering the community to support conservation programs has also become an important strategy, along with other efforts, such as the organization of the World Mangrove Festival in November.
— The Jakarta Post was invited by Econusa Foundation and NGO Panah Papua to visit Bintuni Bay, West Papua.
https://www.thejakartapost.com/multimedia/2019/04/25/women-of-teluk-bintuni-and-their-mangroves.html
Foto Udara kawasan hutan manggorve di Teluk Bintuni, Papua Barat, Selasa, 2 April 2019. Hutan manggrove di kawasan Teluk Bintuni Barat memiliki keaneka ragaman hayati yang sangat beragam, ke-2 terbesar setelah hutan manggrove di kawasan Amazon, Brazil. – JP/Jerry Adiguna
Ida Padua (38 tahun) menunjukkan keripik tortila kepiting dan chesse stick udang hasil olahannya di rumah keluarganya di kampung Argosigemerai, Teluk Bintuni, Papua Barat, 1 April 2019. – JP/Jerry Adiguna
Ida Padua (38 tahun) menggoreng keripik tortila kepiting olahannya di rumah keluarganya di kampung Argosigemerai, Teluk Bintuni, Papua Barat, 1 April 2019. Melalui usaha pengolahan keripik tortila kepiting dan cheese stick udang yang dilakukannya, Ida Padua berharap dapat memperbaiki kondisi perekonomia keluarga dan kelompoknya. – JP/Jerry Adiguna
Salma Tatua (65 tahun), dari kelompok Maitefa, menunjukkan kawasan hutan manggorve di pulau Babo, Papua Barat, 2 April 2019. – JP/Jerry Adiguna
Salma Tatua (65 tahun), dari kelompok Maitefa, melemparkan kerambat, alat penangkap kepiting bakau di perairan dekat kawasan hutan manggorve di pulau Babo, Papua Barat, 2 April 2019. Bersama kelompoknya, Salma Tatua berusaha mengembangkan wisata eco-tourism Manggrove di kawasan pulau Babo, Papua Barat. – JP/Jerry Adiguna
Bibit manggrove tumbuh di kawasan hutan manggorve Pulau Babo, Papua Barat, Selasa, 2 April 2019. – JP/Jerry Adiguna
Rakiba Piawe (38 tahun) dari kelompok nelayan Kepiting Makote menunjukkan kerambat, alat penangkap kepiting yang digunakannya di pulau Babo, Papua Barat, 2 April 2019. – JP/Jerry Adiguna
Rakiba Piawe (kiri/38 tahun) dari kelompok nelayan Kepiting Makote menunjukkan kerambat, alat penangkap kepiting yang digunakannya di pulau Babo, Papua Barat, 2 April 2019. Melalui usaha penangkapan kepiting, yang diwarisinya dari keluarganya, Rakiba Piawe mampu membiayai kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. – JP/Jerry Adiguna
Kawasan hutan manggorve di Pulau Babo, Papua Barat, Selasa, 2 April 2019. – JP/Jerry Adiguna
Yumima Fenetiroma (34 tahun) dari kelompok Kereru menunjukkan abon kepiting hasil olahan kelompoknya di Pulau Babo, Papua Barat, 2 April 2019. – JP/Jerry Adiguna
Yumima Fenetiroma (tengah/34 tahun) dari kelompok Kereru berbincang dengan anggota kelompoknya di Pulau Babo, Papua Barat, 2 April 2019. Kelompok Kereru yang terdiri dari 6 kepala keluarga mengembangkan usaha abon kepiting sebagai salah satu upaya bersama memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pulau Babo, Papua Barat. – JP/Jerry Adiguna
Foto udara suasana perkampungan nelayan di kawasan Pulau Babo, Papua Barat, 2 April 2019. – JP/Jerry Adiguna